Kamis, 17 Maret 2011

makalah infertilitas



INFERTILITAS


       I.            DEFINISI INFERTILITAS
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak.
(Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil.
(Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
(Siswandi, 2006).
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

    II.            UNPERSEPSI INFERTILITAS
Menurut Weschler, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berkesimpulan dirinya infertil, padahal sebenarnya belum tentu demikian:
                              1.            Apabila dalam satu tahun tidak terjadi kehamilan meski menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi.
                              2.            Jika siklus menstruasi tidak teratur. Padahal, tidak semua wanita memiliki siklus 28 hari, dan ovulasi tidak selalu terjadi pada hari ke 14.
                              3.            Dokter terburu-buru mengambil kesimpulan hanya berdasarkan frekuensi hubungan intim, dan terburu-buru menerapkan tes-tes yang invasif atau terburu-buru memberikan obat. Padahal, keseringan hubungan intim tidak akan menghasilkan kehamilan apabila dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Dokter yang teliti akan mengambil langkah berikut terlebih dahulu:
a.       Analisa sperma pada pria.
b.      Analisa pemetaan kesuburan wanita. Pada hari keberapakah si wanita mengalami ovulasi?
                              4.            Dokter hanya memfokuskan mengambil solusi berdasarkan kenaikan suhu basal tubuh, dan mengabaikan pengamatan lendir leher rahim. Padahal, kenaikan suhu terjadi pada saat ovum sudah mati, sementara masa subur adalah tepat sebelum kenaikan suhu tersebut terjadi. Lihat menstruasi.
                              5.            Dokter melakukan tes kesuburan pada waktu yang tidak tepat. Contohnya adalah :
a.       Penerapan tes pasca-senggama (postcoital test), yang dimaksudkan untuk menganalisa apakah sperma tersebut subur, dan apakah lendir leher rahim wanita kondusif untuk pembuahan. Padahal, jika tes ini dilakukan bukan pada fase subur, tes ini akan invalid. Dan jangan lupa, tidak semua orang mengalami ovulasi pada hari 14 setelah menstruasi.
b.      Demikian juga tes biopsi dinding rahim, tidak akan menunjukkan hasil yang baik jika waktunya tidak tepat
                              6.            Alat untuk menentukan masa subur kadang kala tidak tepat:
a.       Alat ini biasanya mendeteksi munculnya hormon LH sebelum ovulasi. Padahal, ada wanita yang mengalami sindrom LUFS di mana hormon LH tidak menyebabkan ovulasi.
b.      Ada wanita yang mengalami kemunculan hormon LH jauh sebelum ovulasi itu sendiri (mini-peaks of LH).
c.       Alat ini tidak memberitahu apakah lendir leher rahim kondusif untuk sperma
d.      Ketepatan alat ini bisa berkurang jika terkena panas yang berlebihan
e.       Alat ini tidak akan memberi hasil positif jika dilakukan bukan pada masa subur. Sementara banyak wanita yang menyangka dirinya berovulasi hanya pada hari ke 14. Padahal tidak selalu demikian.
f.       Obat kesuburan seperti Pergonal atau Danicrone bisa mempengaruhi alat tersebut
g.      Alat ini tidak akurat untuk wanita di atas 40 tahun
                              7.            Ada wanita yang menyangka dirinya tidak bisa hamil, padahal kenyataannya dia bisa hamil tetapi mengalami keguguran.
Menurut Weschler, hal di atas bisa diatasi dengan menerapkan metode kesadaran kesuburan untuk mengetahui kapan fase subur terjadi.

 III.            KLASIFIKASI INFERTILISASI
1.       Infertilitas primer
Infertilisasi Primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2.       Infertilitas sekunder
Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.



 IV.            ETIOLOGI INFERTILISASI
1.      Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri)
a.       Faktor penyakit
1)      Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
2)      Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
3)      Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4)      Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5)      Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
6)      Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
7)      Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
b.      Faktor fungsional
1)      Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2)      Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu
3)      Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
4)      Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim.
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.

2.      Penyebab pada laki-laki (suami)
a.       Kelainan pada alat kelamin
1)      hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan testis
2)      Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
3)      varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
4)      Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun
b.      Kegagalan fungsional
1)      Kemampuan ereksi kurang
2)      Kelainan pembentukan spermatozoa
3)      Gangguan pada sperma
c.       Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.
d.      Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.
e.       Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.
f.       Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g.      Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
3.      Penyebab pada suami dan istri
a.       Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b.      Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1)      Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2)      Masalah dalam pendidikan
3)      Emosi karena didahului orang lain hamil

    V.            MANIFESTASI KLINIS
1.      Perempuan
a.       Terjadi kelainan system endokrin
b.      Hipomenore dan amenore
c.       Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
d.      Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
e.       Wanita infertil dapat memiliki uterus 
f.       Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
g.      Traktus reproduksi internal yang abnormal
2.      Laki-laki
a.       Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b.      Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c.       Riwayat infeksi genitorurinaria
d.      Hipertiroidisme dan hipotiroid
e.       Tumor hipofisis atau prolactinoma
f.       Disfungsi ereksi berat
g.      Ejakulasi retrograt
h.      Hypo/epispadia
i.        Mikropenis
j.        Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
k.      Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
l.        Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
m.    Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n.      Abnormalitas cairan semen

 VI.            PATOFISIOLOGI
1.      Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. 
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
2.      Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

VII.            PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik: 
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat (seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai).
Pemeriksaan System Reproduksi
1.      Perempuan
Deteksi Ovulasi
a.       Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature) 
b.      Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
c.       Analisa hormon 
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
d.      Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
e.       Uji pasca senggama 
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca coital).
f.       Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g.      Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
h.      Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i.        Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
2.      Laki-laki
a.       Analisa Semen
·       ParameterWarna Putih keruh
·       Bau Bunga akasia
·       PH 7,2 - 7,8
·       Volume 2 - 5 ml
·       Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
·       Jumlah sperma 20 juta / ml
·       Sperma motil > 50%
·       Bentuk normal > 60%
·       Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
·       persentase gerak sperma motil > 60%
·       Aglutasi Tidak ada
·       Sel-sel Sedikit,tidak ada
·       Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b.      Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
c.       USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
d.      Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
e.       Uji penetrasi sperma
f.       Uji hemizona

VIII.            PENATALAKSANAAN
1.      Perempuan
a.       Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
b.      Pemberian terapi obat, seperti;
1)      Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2)      Terapi penggantian hormon 
3)      Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4)      Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
5)      GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6)      Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
7)      Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, 
8)      Pengangkatan tumor atau fibroid
9)      Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2.      Laki-laki
a.       Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b.      Agen antimikroba
c.       Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d.      HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e.       FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f.       Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus 
g.      Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h.      Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i.        Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j.        Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

 IX.            PENGOBATAN INFERTILITAS
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya. Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%. Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata dapat menggandakan laju pembuahan.
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab infertilitas dapat dilihat sebagai berikut:
Penyebab infertilitas
Jenis pengobatan
Suami
Hidrokel
Aspirasi atau eksisi
Varikokel
Ligasi
Bendungan vasa atau epididimis
Operasi pintas
Oligozoospermia
FSH dan hCG, FIV dengan SSIS
Gangguan spermatogenesis
Hindari berendam air panas dan pemakaian celana ketat
Istri
Tuberkulosis
Tuberkulostatika
Endometriosis
Operasi, koagulasi listrik atau laser, progesteron, danazol, medroksiprogesteron asetat, dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol
Miom uterus operabel
Operasi konservatif
Spasme tuba
Hiosin amilnitrit, triemonium
Obstruksi tuba
Operasi rekonstruksi, FIV
Gangguan ovulasi
Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat, epimestrol, tamoksifen, siklofenil, metformin, pioglutazon, hMG/hCG, FSH-murni, GnRH); pelubangan(drilling) ovarium
Keduanya
Idiopatik
Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT, TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi



























    X.            ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
b.      Riwayat kesehatan
1)      Wanita
a)      Riwayat Kesehatan Dahulu
-      Riwayat terpajan benda-benda muatan yang membahayakan reproduksi di rumah
-      Riwayat infeksi genitorurinaria
-      Hipertiroidisme dan hipotiroid
-      Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
-      Tumor hipofisis atau prolaktinoma
-      Riwayat penyakit menular seksual
-      Riwayat kista
b)      Riwayat Kesehatan Sekarang
-      Endometriosis dan endometrits
-      Vaginismus (kejang pada otot vagina)
-      Gangguan ovulasi
-      Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
-      Autoimun
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d)     Riwayat Obstetri
-      Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi 
-      Mengalami aborsi berulang
-      Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2)      Laki-laki
a)      Riwayat Kesehatan Dahulu
-          Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
-          Status gizi & nutrisi terutama kekurangan protein & vitamin tertentu
-          Riwayat infeksi genitorurinaria
-          Hipertiroidisme dan hipotiroid
-          Tumor hipofisis atau prolactinoma
-          Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
-          Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
-          Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
-          Riwayat vasektomi
b)      Riwayat Kesehatan Sekarang
-          Disfungsi ereksi berat
-          Ejakulasi retrograt
-          Hypo/epispadia
-          Mikropenis
-          Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
-          Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
-          Saluran sperma yang tersumbat
-          Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
-          Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
-          Abnormalitas cairan semen
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
c.       Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
d.      Pemeriksaan penunjang
1)      Perempuan
a)      Deteksi Ovulasi
b)      Analisa hormon 
c)      Sitologi vagina
d)     Uji pasca senggama 
e)      Biopsy endometrium terjadwal
f)       Histerosalpinografi
g)      Laparoskopi
h)      Pemeriksaan pelvis ultrasound
2)      Laki-laki 
a)      Analisa Semen
-          Parameter
-          Warna Putih keruh
-          Bau Bunga akasia
-          PH 7,2 - 7,8
-          Volume 2 - 5 ml
-          Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
-          Jumlah sperma 20 juta / ml
-          Sperma motil > 50%
-          Bentuk normal > 60%
-          Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
-          persentase gerak sperma motil > 60%
-          Sel – sel Sedikit,tidak ada
-          Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b)      Pemeriksaan endokrin
c)      USG 
d)     Biopsi testis 
e)      Uji penetrasi sperma
f)       Uji hemizona
2.      Diagnosa keperawatan
a.       Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
b.      Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
c.       Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
d.      Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas
e.       Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
f.       Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
g.      Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
h.      Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
i.        Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis
j.        Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya
3.      Intervensi
Diagnosa keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
Kriteria hasil :
·    Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
·    Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
·    Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
·    Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
·    Mengidentifikasi aspek positif diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar